Minggu, 07 Agustus 2011

Legenda Batu Pauseang dari Marga Rumapea ke Marga Nainggolan Parhusip


Batu Pauseang (Batu Pemberian) yang terletak di Huta Na Godang (Kampung Asal Marga Nainggolan Parhusip) Desa Nainggolan Kec.Nainggolan Kab.Samosir memiliki sejarah yang cukup panjang, keberadaan Batu Pauseang tersebut hingga saat ini masih berdiri kokoh sebagai Makam yang tetap mendapat perhatia dari Keluarga Nainggolan Parhusip.
Batu Pauseang yang dijadikan sebagai Makam dari Nenek Moyang Marga Nainggolan Parhusip yang mempersunting Putri Raja Rumapea dari Desa Hutarihit Kec.Nainggolan, kisah perjalanan panjang batu yang dulunya berbentuk bulat dan berukuran sangat besar terletak di sebuah jurang di salah satu perkampungan Desa Hutarihit. Perjalanan Batu Pauseang tersebut dari Desa Hutarihit ke Desa Nainggolan memakan waktu puluhan tahun dan mengisahkan berbagai perjuangan hingga sampai ke tempat tujuan dimana Putri Raja (Boru Rumapea) dipersunting oleh Nainggolan-parhusip.
Berikut sejarah perjalanan Batu Pauseang yang di tuliskan oleh Almarhum A.Aty Parhusip diatas Kerta Putih Polos yang diketik dengan mesin ketik manual pada tanggal, 07 februari 1996. Dengan ijin dari Anak Almarhum, admin Bona Pasogit Nainggolan Blogspot mempublikasikan Legenda ini untuk tujuan mencoba berbagi Sejarah kepada seluruh pengunjung BPN-Blogspot tanpa bermaksud lain yang bersifat merugikan pihak manapun.

“Kisah Legenda diketik dalam Bahasa Batak Toba, untuk kelancaran pemahaman para pengunjung Bona Pasogit Nainggolan, admin hanya menterjemahkan kedalam Bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesai”

Huta Na Godang adalah Perkampungan Kerajaan Nainggolan Parhusip yang terletak di Desa Nainggolan Kecamatan Nainggolan Kabupaten Samosir, merupakan perkampungan Ompu Soimbangon Parhusip anak dari Ompu Jaholbung, Ompu Soimbangon merupakan 3 (tiga) bersaudara yaitu: Ompu Tuan Nagabosi, Ompu Soimbangon dan Ompu Jaisori. Setelah Ompu Soimbangonyang lahir sekitar tahun 1688 hingga setelah berusia 25 (dua puluh lima) tahun, Ompu Soimbangon mempersunting Putri Ompu Martambus I (Rumapea). Pada tahun 1715 Ompu Soimbangon yang menikahi Ompu Boru Rumapea diberkahi dengan kelahiran seorang putri pertama yang diberikan nama Parmunian Boru Parhusip, sekitar 2 (dua) tahun kemudian mereka diberkati lagi dengan kelahiran seorang Anak yaitu Ompu Niantarbarita.
Satu waktu, Ompu Soimbangon dan Istri berkunjung ke rumah keluraga (Mertuanya Rumapea) ke Desa Hutarihit untuk membawa anaknya bertemu dengan Kakek/Nenek nya di Desa Hutarihit (Dalam Adat batak acara ini disebut Paebathon Pahompu) dan pada kesempatan itu, Sang Istir (Opung Boru Rumapea) sekaligus membuat suatu permintaan kepada orang tua (Ompu Martambus I Rumapea) sesuai dengan budaya Kerajaan Batak, Opung Boru Rumapea memiliki satu permintaan kepada Orang Tua (Ompu Martambus I Rumapea) yang dalam budaya batak disebut Pauseang. Tidak seperti permintaan yang pada umumnya meminta, Emas, Perak atau Sebidang Tanah dalam hal ini Opung Boru Rumapea membuat sebuah permintaan yang tidak dapat lupa atau pudar hingga turun temurun Generasi ke Generasi, permintaan tersebut adalah sebuah batu berukuran sangat besar yang terletak di suatu lembah di Perkampungan Hutarihit kemudian Ompu Martambus I Rumapea memenuhi permintaan putrinya untuk memindahkan batu besar tersebut ke tempat dimana Putrinya dipersunting Ompu Soimbangon yaitu di Huta Na Godang Desa Nainggolan.
Pada saat itu yang masih serba manual dimana usaha untuk memindahkan batu tersebut harus menggunakan tenaga manusia sehingga Ompu Martambus I Rumapea mengumpulkan warga setempat untuk mengangkat batu tersebut dari lembah hingga ke Perkampungan Siaga dengan memakan waktu sekitar 1 (satu) tahun, karena sudah cukup melelahkan warga yang di undang oleh Ompu Martambus I Rumapea untuk memindahkan batu tersebut, memilih untuk beristirahat hingga puluhan tahun lamanya.
Proses pemindahan batu yang tadinya sudah sampai hingga ke perkampungan Siaga Desa Hutarihit sempat berhenti hingga puluhan tahun, ternyata bukan karena warga tidak sanggup lagi untuk memindahkan akan tetapi, karena Ompu Martambus I Rumapea merasa enggan dan takut melewati Pangaloan (Perkampungan Marga Nainggolan Lumbanraja) dimana pada saat itu, masih terjadi perang perebutan kerajaan dalam Suku Batak Toba. Hingga pada tahun 1719 Ompu Soimbangon dikaruniai seorang anak lagi yang diberi nama Ompu Taratunggal, berbagai cara Ompu Soimbangon bersama sang istri Ompu Boru Rumapea mencari berbagai upaya agar Batu Permintaan istrinya Boru Rumapea dapat sampai hingga ke perkampungan Huta Na Godang di Desa Nainggolan akan tetapi usahapun kembali gagal karena rasa takut melewati Desa Pangaloan (Perkampungan Marga Nainggolan Lumbanraja).
Ompu Soimbangon sudah hampir putus asa untuk mengupayakan pemindahan batu tersebut, sehingga untuk menghilangkan rasa risau dan jenuh, pada tahun 1742 Ompu Soimbangon menikahkan Anaknya Ompu Niantarbarita. Tak lama kemudian, Ompu Soimbangon kembali berpikir mencari solusi untuk memindahkan batu yang masih berada di Perkampungan Siaga agar upaya pemindahan batu tersebut tidak mendapat hambatan atau rintangan. Suatu ketika, Ompu Soimbangon teringat akan Pesan Nenek Moyang yang mengatakan”Sinuan Bulu Sibahen Na Las, Pinungka Partuturan Si bahen Na Horas” yang artinya Bertatakrama untuk menciptakan Rasa Kekeluargaan. Sehingga pada tahun 1745 Ompu Taratunggal (anak ke dua) menikahi Putri Ompu Amparhujogo Lumbanraja yang bernama Nai Pahusaga Boru Lumbanraja. Oleh karena itu, terjalinlah kekeluargaan Marga parhusip dengan Marga Lumbanraja sehingga proses pemindahan Batu Pauseang pun dapat berjalan dengan lancar hingga sampai ke perbatasan Desa Pangaloan dengan Desa Sipinggan Lumban Siantar, beberapa saat batu tersebut kembali berhenti diperbatasan pasalnya dalam Paham Kerajaan Batak di Bonapasogit pada jaman dahulu, tidak boleh sembarangan melewati Perkampungan tanpa mendapat ijin terlebih dahulu dari Raja yang empunya Perkampungan Kerajaan tersebut, sehingga suatu saat Istri Ompu Soimbangon (Ompu Boru Rumapea) mendatangi para pamannya (Tulang Na) guna memohon ijin melewati Perkampungan Sipinggan sekaligus memberitahu niat keluarganya yang akan memindahkan Batu Pauseang dari Perkampungan Siaga Desa Hutarihit. Setelah pamannya memberikan ijin kepada Ompu Boru Rumapea, proses pemindahan Batu Pauseangpun dilanjutkan hingga batu tersebut sampai ke Perkampungan Huta Na Godang (tempat kediaman Ompu Soimbangon).
Kemudian keluarga Ompu Soimbangon memperbaiki serta membentuk Batu besar tersebut menjadi sebuah Kuburan yang nantinya dijadikan tempat peristirahatan terakhir Ompu Soimbangon bersama Istri Boru Rumapea dan Keluarga, Batu Pauseang atau Kuburan Batu ini ditetapkan mengarah ke arah Desa Hutariit yang memiliki arti agar seluruh keturunan Ompu Soimbangon selalu ingat kepada Ompu Martambus I Rumapea yang merupakan mertua dari Ompu Soimbangon atau Orang Tua dari Boru Rumapea (isteri Ompu Soimbangon).
Hingga saat ini, Kuburan Batu atau Batu Pausenag dari Marga Rumapea kepada Marga Parhusip nin masih berdiri kokoh dan terawat di Desa Nainggolan tepatnya di perkampungan Huta Na Godang sebagai Perkampungan Awal Marga Nainggolan Parhusip, di tempat ini juga terdapat Ruma Adat Batak yang disebut Ruma Parsaktian Marga Parhusip yang baru mengalmi perawatan oleh Kelurga Besar Nainggolan parhusip, Batu Pauseang atau Kuburan Batu tempat Ompu Soimbangon bersama isteri Boru Rumapea ini diperkirakan memiliki usia sekitar 260 tahun hingga sekarang masih sering dikunjungi oleh keluarga Marga Parhusip untuk melakukan jiarah dan perawatan Makam Ompu Soimbangon Nainggolan Parhusip dan Isterinya Ompu Boru Rumapea.
Penulis (Almarhum A.Aty Parhusip) berpesan kepada seluruh pembaca khusunya kepada Keluarga Besar Nainggolan Parhusip, agar dapat mengetahui sekaligus mengenang sejara tersebut diatas.

Kisah Legeda Perjalanan Batu Pauseang dari Rumapea Kepada Nainggolan Parhusip ini di publikasikan atas ijin resmi anak Almarhum A.Aty Parhusip yaitu Lae Pernando Parhusip.


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA KE HERMANTO RUMAPEA BLOGSPOT. JAYALAH RUMAPEA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar